Pages

Penerapan Model Creative Problem Solving dengan Mengunakan Media Visual dalam Menigkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Bulat pada Siswa kelas V Min Lhokseumawe

Mahdalena1,  Megawati Hendriani2,
                1Prodi Tadris Matematika STAIN Malikussaleh, Lhokseumawe
Email: mahda_stain@yahoo.com
2 MIN  Lhokseumawe
Email:megahendriani@ymail.com

Abstrak.  Dalam rangka meningkatkan pemahaman konsep matematika pada siswa, terdapat banyak faktor penentu dan sebagai kunci utamanya ditentukan oleh guru sebagai pengelola kelas. Sebagai pegelola kelas guru harus mampu menciptakan kelas yang menyenangkan dan memudahkan siswa dalam memperoleh pemahaman konsep matematika. Kondisi di atas merupakan faktor yang melatarbelakangi permasalahan penelitian dengan judul “ Penerapan Model Creative Problem Solving dengan Mengunakan Media Visual dalam Menigkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Bulat pada Siswa kelas V Min Lhokseumawe”.Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan upaya guru dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui model pembelajaran Creative Problem Solving dan media visual Slide Projektor. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V Min Lhokseumawe sebanyak 36 siswa. Adapun  hasil penelitian adalah sebagai berikut : (1) Kemampuan pemahaman konsep matematika meningkat dengan persentase 55, 55 % pada siklus I dan menjadi 86, 11 % pada siklus ke II. (2)Aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat aktif, dengan persentase 74, 98% pada siklus I dan meningkat pada siklus II 93, 37 %. (3) Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berkatagori sangat baik dengan persentase 75% pada siklus I dan meningkat 93, 28 % pada siklus II.
Kata Kunci : Creative Problem Solving, media visual Slide Projektor dan Pemahaman Konsep
I.                   PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada manusia untuk mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Agar mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka manusia berusaha mengembangkan dirinya dengan pendidikan.
Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah matematika.Matematika merupakan bidang studi yang menduduki peranan penting dalam bidang pendidikan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya jam pelajaran matematika di sekolah yang banyak. Selain itu pelajaran matematika di berikan disemua jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan sebagian di Perguruan Tinggi (PT), tidak seperti halnya dengan mata pelajaran yang lain yang hanya diberikan pada jenjang tertentu.
Djamarah dalam bukunya menyatakan bahwa:
Matematika diajarkan karena dapat menumbuhkembangkan kemampuan bernalar yaitu berfikir sistematis, logis dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau ide dalam memecahkan masalah.Kekurangmampuan siswa menyebabkan lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Tanpa bimbingan, siswa akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. Jadi, guru sangat diperlukan pada saat siswa belum mampu mandiri pada awal pertemuan.[1]

Pemahaman siswa tentang pelajaran yang diajarkan dapat terlihat dari sikap aktif, kreatif dan inovatif siswa dalam menghadapi pelajaran tersebut.Keaktifan siswa akan muncul jika guru memberikan kepada siswa agar mau mengembangkan pola pikirnya, mau mengemukakan ide-ide dan lain-lain.
Keberhasilan proses belajar mengajar pada umumnya diukur dari keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran tersebut. Pemahaman akan pengertian dan pandangan guru terhadap model mengajar akan mempengaruhi peranan dan aktivitas siswa dalam belajar. Mengajar bukan sekedar proses penyampaian ilmu pengetahuan saja melainkan mengandung makna yang lebih luas dan kompleks yaitu terjadinya komunikasi dan interaksi antara siswa dan guru.
Sebuah model pembelajaran dijadikan oleh guru sebagai tolak ukur untuk mengajar, bukan sekedar memberikan pengetahuan maupun keterampilan bagi siswa, tetapi salah satu usaha dalam proses pembelajaran untuk menghasilkan manusia yang bergunadi masa mendatang. Oleh karena itu guru semestinya memperhatikan tujuan pengajaran sehingga nantinya dijabarkan melalui model pembelajaran yang sesuai dengan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang dimiliki siswa dalam belajar.
Sejauh ini mata pelajaran matematika di sekolah masih di dominasi oleh pengetahuan yang merupakan seperangkat teori – teori harus diketahui, kemudian metode ceramah juga masih pilihan utama dalam menyampaikan pelajaran di kelas. Dalam hal ini siswa hanya menjadi obyek pengajaran, sehingga hanya berfungsi sebagai penerima informasi yang di sampaikan oleh guru, siswa  masih kurang di berdayakan dan proses pelajaran yang dilakukan berorientasi pada target penguasaan materi saja. Sehingga hanya berhasil dalam pencapaian nilai dalam kompetensi secara kognitif, namun gagal dalam membekali siswa dengan penanaman dengan nilai – nilai ilmu pengetahuan. Proses pembelajaran ini akan mengakibatkan siswa kurang memahami makna belajar sehingga siswa tidak paham dengan konsep matematika .
Hal ini akan timbul keluhan dari siswa tentang mata pelajaran matematika. Siswa akan menganggap pelajaran ini tidak menarik, membingungkan daya pikir dan membosankan sehingga siswa takut terhadap mata pelajaran tersebut. Hal ini juga di sebabkan matematikaterdapatkonsep-konsep danprinsip-prinsip yangabstrak sehingga sukardipelajarisiswa. Demikian pula dengan banyaknya rumus-rumus serta perhitungan-perhitungan dalam pemecahan masalah yang rumit, sehingga dalam diri siswa tumbuh suatu kesan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dipelajari dan kurang diminati terutama bagi kelompok siswa yang memiliki kemampuan rendah.
           Konsep-konsep matematika harus dipahami dengan benar.Salah satu konsep yang harus dipahami siswa adalah dalam pengerjaan materi bilangan bilangan bulat. Setelah peneliti melakukan tes tentang soal bilangan bulat ternyata dari 31 siswa, ada 23 siswa belum paham konsep pengurangan bilangan bulat, dengan nilai rata-rata kelas 32, 2. Rendahnya nilai siswa disebabkan pembelajaran tidak menyenangkan dan menarik karena guru tidak inovatif dalam menciptakan proses belajar..  Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MIN Lhokseumawe dalam  pembelajaran matematika operasi hitung pengurangan bilangan bulat maka digunakan model pemebelajaran Creative Problem Solvingdengan dibarengi oleh media pembelajaran Slide Projector.
CPS juga merupakan model pembelajaran yang dapat mengubah suasana belajar yang menyenangkan serta mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. CPS merupakan orkestrasi bermacam-macam interaksi yang di dalam dan sekitar momen belajar atau suatu pembelajaran yang mempunyai misi utama untuk mendesain suatu proses belajar yang menyenangkan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: “Penerapan  Model Pembelajaran Creative Problem Solving Dengan Media Visual Slide Projector Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas V MIN Lhokseumawe”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar belakang di atas, mka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakahpenerapan model pembelajaran creative problem solving dengan media visual dalam meningkatkan pemahaman konsep bilangan bulat  pada siswa kelas V.
C.     Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas V MIN Lhokseumawe melalui penerapan model pembelajaran creative problem solving pada materi bilangan bulat. Secara lebih rinci penelitian ini bertujuan untuk:
D.     Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikna konstribusi berupa:
1.      Bagi siswa yaitu dapat menumbuhkan motivasi dalam belajar, serta meningkatkan pemahaman matematika baik dalam penguasaan konsep materi maupun dalam menyelesaikan permasalahan atau soal – soal matematika.
2.      Bagi guru yaitu melalui penelitian ini guru dapat mengetahui model pembelajaran yang dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas sehingga permasalahan yang dihadapi oleh siswa maupun oleh guru dapat dikurangi.
3.      Bagi sekolah yaitu melalui penelitian ini prestasi belajar matematika dapat ditingkatkan. Selain itu, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran matematika.
4.      Bagi peneliti yaitu melalui penelitian tindakan ini dapat mengetahui bahwa pemahaman matematika merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus di tumbuhkan, dikembangkan serta ditingkatkan.






II.                Metode Penelitian
A.     Pendekatan dan Jenis Penelitian
            Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang menggunakan pendekatan kualitatif. Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian ini adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari tiga kata yang dapat di pahami pengertiannya sebagai berikut :
  1. Penelitian, yang diartikan sebagai kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
  2. Tindakan, yaitu suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
  3. Kelas, adalah ruangan atau tempat dimana sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.
Menurut Wibawa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah ”suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentuagar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran dikelas secara lebih profesional”.[2]
Sedangkan Arikonto dalam bukunya mengatakan ”Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran”.[3]
B.     Prosedur Penelitian
Adapun pada penelitian tindakan ini Lewin mendasarkan prosedur penelitian menjadi empat komponen pokok, yaitu :
  1. Perencanaan atau Planning
  2. Tindakan atau acting
  3. Pengamatan atau observasing
  4. Refleksi atau reflecting[4]
Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berulang. Siklus inilah yang menjadi salah satu ciri utama dari penelitian tindakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini harus dilaksanakan dalam bentuk siklus bukan hanya satu kali intervensi saja.
            Dalam penelitian ini, peneliti akan menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil belajar yang terjadi pada siswa kelas V dengan menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving dengan menggunakan Media Visualdalam menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
D.  Subjek  Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas V Min Lhokseumawe sebanyak 31 siswa.
E.  Sumber Data
Sumber data adalah benda, hal atau orang tempat peneliti mengamati, membaca atau bertanya untuk memperoleh suatu informasi.[5]Pada penelitian ini      sumber data diperoleh dari siswa-siswi kelas VI, guru bidang studi matematika dan tim pengamat.
E.Metode Pengumpulan Data
            Untuk memperoleh data mengenai pembelajaran melalui model pembelajaran Creative Problem Solving dengan mengguanakn Media Visual. Makan metode pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Tes
Tes yaitu suatu alat prosedur yang sistematik dan objektif untuk memperoleh data-data dalam keterangan yang diinginkan.[6] Tes yang dimaksud disini yaitu tes yang terdiri dari tes awal dan tes akhir. Tes awal tes yang diberikan sebelum penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving sedangkan tes akhir adalah tes yang dilakukan setelah berlangsungnya proses pembelajaran untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa.
2.      Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.[7]
 Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi tersebut dilakukan oleh guru bidang studi matematika dan tim pengamat lainnya. Observasi ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan tindakan serta untuk menjaring data dan aktivitas siswa dalam belajar. Kegiatan observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.                         
1.      Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu.[8]Wawancara dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa materi bilangan bulat. Selain itu, wawancara juga dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap proses belajar melalui model pemnbelajaran creative Problem Solving dengan menggunakan Media Visual. Wawancara dialakukan pada setiap akhir tindakan atau proses pembelajaran berlangsung.
G.  Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
            Teknik pengolahan data dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara bersamaan. Adapun data yang diolah dan di analisis dalam penelitian ini adalah data hasil observasi, wawancara, tes, dan angket. Untuk menganalisis data penelitian peneliti berpegang kepada pendapat Moleong yang mengatakan bahwa “proses analisis data di mulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu hasil observasi, wawancara, dan hasil tes dan sebagainya”.[9]
            Berdasarkan pengamatan tersebut, maka analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama dan setelah pengumpulan data. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan metode alir (flow model) Miles dan Hubberman yang meliputi tahap a) data reduction, b) data display dan c) drawing / verification.[10]
1.      Mereduksi data
Mereduksi data adalah proses yang meliputi kegiatan menyeleksi, menfokuskan dan menyederhanakan semua data yang telah di peroleh dimulai dari awal pengumpulan data sampai menyusun laporan penelitian.
Mereduksi data yang terkumpul melalui berbagai sumber yaitu hasil tes, wawancara, dan observasi.Data tersebut diklasifikasikan dengan cara melakukan pengelompokan data yang sejenisnya. Kemudian disederhanakan dengan cara membuang hal-hal ynag tidak perlu. Mereduksi data ini dilakukan secara berkesinambungan mulai dari awal sampai akhir pengumpulan data. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang jelas dari data tersebut, sehingga peneliti dapat membuat kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.
2.      Penyajian data
Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan hasil reduksi dengan cara menyusun secara naratif sekumpulan informasi yang telah di peroleh dari hasil reduksi. Hal ini di harapkan dapat memberikan gambaran kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Informasi disini maksudnya adalah uraian proses kegiatan pembelajaran, hasil tes awal, hasil tes akhir setelah pembelajaran serta hasil yang di peroleh dari perpaduan data hasil observasi, dan wawancara.
Data yang disajikan tersebut selanjutnya dibuat penafsiran dan evaluasi untuk membuat perencanaan selanjutnya. Hasil penafsiran dan evaluasi dapat berupa penjelasan tentang 1) perbedaan antara rancangan dan pelaksanaan tindakan, 2) perlu revisi pelaksanaan tindakan, 3) Alternatif tindakan yang dianggap tepat, 4) persepsi guru matematika dan peneliti sendiri dalam pengamatan dan pencatatan lapangan, dan 5) kendala yang dihadapi dan sebab-sebab kendala itu muncul.
3.      Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Maksud dari penarikan kesimpulan disini adalah proses pemberian makna terhadap hasil penafsiran dan evaluasi data yang disajikan, dan seluruh hasil kerja penelitian ini adalah kegiatan terakhir dari hasil analisia data.




III.             PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A.     Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di MIN Lhokseumawe pada tahun 2011 sebanyak dua siklus  selama lebih kurang dua bulan, yaitu dari bulan Oktober sampai dengan November 2011.  Dalam tiap-tiap siklus dalam penelitian memalui beberapa tahap yaitu :
1.      Tahap Perencanaan
Dalam tahap ini peneliti menyiapkan RPP, Lembar Observasi, Media Slide Projector, LKS dan alat evaluasi
2.      Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melakukan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving dengan menggunakan media visual Slide Projector. Dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
3.      Observasi
Pada tahap ini dua orang pengamat , mengamati setiap kegiatan guru dan kegiatan siswa
4.      Refleksi
Mengkaji hasil belajar siswa dan hasil pengamatan kegiatan siswa dan guru, serta menyesuaikan dengan ketercapaian indikator kinerja, supaya peneliti dapat melihat kekurangan dan kelebihan dari hasil penelitian
B.     Hasil Penelitian
Beberapa hasil penelitian yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan I, dan II, berdassarkan hasil tes, hasil observasi dan wawancara adalah sebagai berikut:
Hasil tes akhir tindakan I belum mencapai keberhasilan karena 55,55% siswa memperoleh skor > KKM, oleh karena itu harus ada pengulangan. Pada tindakan II sudah mencapai keberhasilan dengan persentase 86,11% siswa memperoleh skor > KKM.

1.      Hasil observasi tindakan I terhadap kegiatan guru menurut pengamat I mencapai 73,44 % dan pengamat II 76,56%, sedangkan terhadap kegiatan siswa menurut pengamat I mencapai 76,47% dan pengamat II 79,41%, berarti guru dan siswa telah dapat melaksanakan kegiatan dengan cukup baik. Hasil observasi tindakan II terhadap kegiatan guru menurut pengamat I mencapai mencapai 93,75% dan pengamat II 92,19%, sedangkan terhadap kegiatan siswa menurut pengamat I mencapai 94,12% dan pengamat II 92,65%, berarti guru dan siswa telah dapat melaksanakan kegiatan dengan sangat baik.
2.    Siswa merasa senang belajar dengan menggunakan model pembelajaran creative problem solving dengan menggunakan media visual karena menurut mereka matematika akan lebih menarik untuk dipelajari apabila mereka terlibat secara langsung dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran berlangsung, apalagi mereka langsung dilibatkan dalam menggunakan media visual slide projector.

IV.              KESIMPULAN DAN SARAN



A.     Kesimpulan
Berdasarkan  pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving dengan menggunakan media visual Slide Projectordapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan membawa dampak perubahan terhadap kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yaitu: hasil observasi pengelolaan pembelajaran pada tindakan I, dan tindakan II  berkategori baik, hasil observasi kegiatan guru pada tindakan  I berkategori cukup baik, pada tindakan  II berkategori sangat baik, hasil observasi kegiatan siswa pada tindakan  I berkategori cukup baik, pada tindakan II  berkategori sangat baik.
Terdapat peningkatan pemahaman konsep siswa kelas V MIN Lhokseumawe dalam menyelesaikan  soal matematika pada pokok bahasan bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran creative problem solving dengan menggunakan media visual Slide Projector.  Hal ini didukung oleh hasil penelitian yaitu:
1.      Hasil evaluasi tes menyelesaikan  soal matematika di akhir tindakan  I yaitu: nilai tertinggi = 100; nilai terendah = 25; tuntas = 20 orang; tidak tuntas = 16 orang; dan ketuntasan klasikal = 55,55%.
2.      Hasil evaluasi tes menyelesaikan soal matematika di akhir tindakan II yaitu: nilai tertinggi = 100; nilai terendah = 50; tuntas = 31 orang; tidak tuntas = 5 orang; dan ketuntasan klasikal = 86,11%.
3.      Sedangkan bagi siswa yang tidak tuntas pada akhir siklus II diberikan tindakan tambahan misalnya dengan cara memberikan bantuan belajar langsung dari guru maupun teman sejawat yang memiliki kemampuan lebih tinggi, memotivasi siswa agar mampu berinteraksi dengan guru dan teman sejawatnya dalam pembelajaran, mengamati aktivitas belajar siswa tersebut dengan perhatian yang lebih banyak, serta memberikan lebih banyak latihan kepada siswa maupun dalam bentuk portofolio.

B.     Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat mengajukan saran-saran untuk pembelajaran matematika khususnya pada tingkat Sekolah Dasar, yaitu:
1.        Pembelajaran matematika dengan model creative problem solving dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam menyelesaikan soal matematika.
2.        Pembelajaran matematika dengan model creative problem solving mengutamakan siswa bekerja secara mandiri, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk kreatif.  Oleh karena itu, guru hendaknya berupaya untuk merubah pembelajaran berpusat pada guru (teacher oriented) menjadi pembelajaran berpusat pada siswa (student oriented).  Diharapkan guru dapat menerapkan langkah-langkah pembelajaran matematika dengan model creative problem solving.



DAFTAR PUSTAKA




Basuki Wibawa, Penelitian Tindakan Kelas-Bahan Ajar Guru Bantu, (Jakarta : Dit. Tendik
             Depdiknas,2003).

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1999)

Djamarah.Pembelajaran Matematika.Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2005

Kurt Lewin, dikutip dalam buku Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Tindakan
Praktik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006)


Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, (Bandung : Remaja
             Rosdakarya, 2006)

Miles dan Hubberman, dikutip dalam Sugiono, Metode Penelitian pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2006),
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, cet V, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hal. 181.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, pendekatan kuantitatif, kualitatif dan
R & D, (Bandung : Alfabeta, 2006)









[1]Djamarah.Pembelajaran Matematika.Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2005:45         
[2]Basuki Wibawa, Penelitian Tindakan Kelas-Bahan Ajar Guru Bantu, (Jakarta : Dit. Tendik Depdiknas,2003).

[3]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hal. 96.

[4]Kurt Lewin, dikutip dalam buku Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hal. 92.

[5]Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2006), hal. 116.

[6]Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1999), hal. 36.

[7]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…., cet. XIII.hal. 156.
[8]Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, cet V, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hal. 181.
[9]Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006), hal…..

[10]Miles dan Hubberman, dikutip dalam Sugiono, Metode Penelitian pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2006), hal. 246.

mahda

Berikan komentar anda dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan sopan. Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

notifikasi
close