A.
Judul Penelitian: Pengembangan Bahan Ajar
Matematika Realistik Bernuansa Islami pada MIN Lhokseumwe dan Kabupaten Aceh
Utara
B.
Latar Belakang
Penguasaan bidang ilmu yang baik, guru akan mampu mengaitkan materi yang
diajarkan dengan nilai-nilai islami dan budaya, khususnya untuk daerah Aceh.
Sementara guru yang profesional akan sangat selektif dalam memilih strategi,
pendekatan, model maupun teknik yang sesuai dengan topik yang diajarkan dan
karakteristik siswanya. Hal ini tentunya akan meningkatkan kualitas hasil
belajar siswa dan pembangunan dibidang pendidikan Nanggroe Aceh Darussalam.
Prof. Muklas menyitir tentang faktor yang
menentukan kemajuan suatu bangsa, yaitu innovation (60%) networking (25%)
technology (10%) dan resources (5%). Beliau mengharapkan gerakan PMRI mampu
melahirkan generasi muda yang mampu menciptakan inovasi dan teknologi, sehingga
dapat mendorong kemajuan bangsa Indonesia.[1]
Materi-materi
di sekolah dasar sangat erat kaitannya dengan realitas kehidupan siswa. Misalnya pada pembelajaran nilai tempat,
guru bisa mengawali dengan masalah kontekstual, Berkaitan dengan pembelajaran
matematika, sebagian besar siswa menya-takan bahwa matematika merupakan
pelajaran yang sulit. Mereka mempelajari matematika hanya sekedar rutinitas
yang membosankan, ini disebabkan karena pengalaman guru yang terbatas. Misalnya
pada pembelajaran nilai tempat, guru bisa mengawali dengan masalah kontekstual,
yaitu cerita Abu Nawas disertai dengan alat peraga rumah Abu Nawas.[2]
Pada materi Simetri berkaitan dangan cerita Nabi Sulaiman yang terdapat dalam
Al Quran surat An Naml ayat 42. Kaitannya
dengan budaya Aceh adalah pada “Bu Kulah (nasi kulah)” yang dibungkus dengan
daun pisang berbentuk persegi yang mempunyai simetri lipat.
Berdasarkan uarain di atas perlu adanya
penelitian pengembangan matematika realistik bernuansa islami guna mendukung pemberlakuan syariat Islam di
Provinsi NAD.
C. Masalah Penelitian
Bagaimana
model bahan ajar Matematika Realistik Bernuansa Islami pada
MIN kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh utara?
D. Pembatasan
masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian
ini adalah tentang model bahan ajar pada kelas VI dengan mengambil beberapa
topic yang akan dikaitkan dengan nilai-nilai islami dan budaya Aceh.
E.
Signifikansi Penelitian
Bahan ajar ini nantinya
diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat akademik khususnya siswa di tingkat
MIN NAD untuk meningkatkan imtaq siswa.
F.
Kajian Riset Sebelumnya
Menurut Noor
ainah dkk dalam penelitiannya disimpulkan bahwa: (1) aktivitas belajar siswa
dengan pendekatan realistic berada dalam kategori baik, (2) 75% siswa
menyatakan pembelajaran realistic menyenangkan, mudah dipahami dan bermakna (3)
pembelajaran matematika dengan pendekatan realistic dapat dijadikan sebagai
alternative strategi pembelajaran guna meningkatkan aktivitas belajar siswa.[3]
Hasil penelitian Mahdalena tentang “penerapan model pembelajaran
realistic bernuansa islami pada MIN/SD kota Lhokseumawe dan Aceh Utara” menunjukkan bahwa pemahaman siswa
pada materi simetri yang dikaitkan dengan nilai-nilai islami sudah baik.[4]
Hasil
penelitian Kamarullah tentang “Analisis Kesulitan Mahaisiswa D-2 PGMI IAIN Ar-
Raniry
dalam Menguasai Geometri di MI beserta Alternatif Pembelajaran” menunjukkan
bahwa
kemampuan mahasiswa calon guru belum memuaskan, karena masih banyak konsep
konsep dasar matematika yang belum dikuasai.
Dengan demikian, perlu diterapkan suatu
model pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap konsep-
konsep dasar matematika.[5]
Hasil
penelitian Kamarullah tentang “Analisis Kesulitan Mahaisiswa D-2 PGMI IAIN Ar-
Raniry
dalam Menguasai Geometri di MI beserta Alternatif Pembelajaran” menunjukkan
bahwa
kemampuan mahasiswa calon guru belum memuaskan, karena masih banyak konsep-
konsep
dasar matematika yang belum dikuasai. Dengan demikian, perlu diterapkan suatu
model pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap konsep-
konsep dasar matematika.[6]
Kajian oleh R. Rosnawati, dengan menggunakan pengajaran matematika
realistik, anak akan
mudah memahami bilanganbulat positif dan bulat negatif. Konteks yang dapat
digunakan
untuk mengerjakan bilangan bulat adalah suhu. Dengan menggunakan permainan
es dan
termometer (atau anak cukup membayangkan kulkas), diharapkan anak dengan
mudah
memahami konsep bilangan bulat dengan permainan es dan termometer ini dapat
dikaitkan
Pada tahun 1973, Freudental
memperkenalkan suatu model baru dalam pembelajaran matematika yang akhirnya
dikenal dengan nama RME (Realistic Mathematics Education) yang di
Indonesia diistilahkan dengan Pendidikan Matematika Realistik (PMR).
Ide utama PMR adalah bahwa siswa harus diberi
kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) ide dan konsep matematika
dengan bimbingan orang dewasa.[8] Pendidikan matematika realistic(PMR) adalah
pemanfaatan realitas yaitu hal-hal yang nyata atau konkret dan dapat diamati
secara langsung sesuai dengan lingkungan tempat siswa berada.[9] Menurut Suharta, Matematika Realistik (MR)
merupakan salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang berorientasi pada
pematematisasian pengalaman sehari-hari (mathematize everyday experience)
dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari (everydaying
mathematics)[10].
Pembelajaran
yang berorientasi pada RME dapat dicirikan oleh: (a) pemberian perhatian yang
besar pada reinvention, yakni siswa diharapkan membangun konsep dan
struktur matematika bermula dari intuisi mereka masing-masing, (b) pengenalan
konsep dan abstraksi melalui hal-hal yang konkret atau dari sekitar siswa, (c)
selama pematematikaan, siswa mengkonstruksi gagasannya sendiri, tidak perlu
sama antar siswa yang satu dengan lainnya, bahkan tidak perlu sama dengan
gagasan gurunya, (d) hasil pemikiran siswa dikonfrontasi dengan pemikiran siswa
lainnya.[11]
Menurut Treffers (1991), aktivitas
pokok yang dilakukan dalam PMR meliputi menemukan masalah-masalah atau
soal-soal kontekstual (looking for problemsI), memecahkan masalah (Solving
problems), dan mengorganisasikan bahan ajar (organizing a subject matter).
Hal ini dapat berupa relitas-realitas yang perlu diorganisasikan dalam konteks
yang lebih luas. Kegiatan pengorganisasian seperti ini disebut matematisasi.[12]
Lima karekteristik pembelajaran PMR tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Menggunakan masalah kontekstual (the use of context)
Pembelajaran dimulai dengan menggunakan masalah kontekstual, tidak
dimulai dari sistem formal. Masalah kontekstual yang diangkat sebagai topik
awal pembelajaran harus merupakan masalah sederhana yang dikenali oleh siswa.
2.
Menggunakan model (use models, bridging by vertical
instrument)
Penggunaan instrumen-instrumen vertikal seperti model-model, skema-skema,
diagram-diagram, simbol-simbol dan sebagainya untuk menjadi jembatan antara
level pemahaman yang satu ke level pemahaman yang lain. Sewaktu mengerjakan
masalah kontekstual, diharapkan siswa mengembangkan model mereka sendiri.
3.
Menggunakan kontribusi siswa (student constribution)
Siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah kontekstual yang
diberikan dengan menggunakan caranya sendiri yang dibantu oleh
pengetahuan-pengetahuan yang telah dimilikinya. Kontribusi yang besar dalam
proses pembelajaran diharapkan dating dari konstruksi dan produksi siswa
sendiri, yang mengarahkan mereka dari metode informal mereka kearah yang lebih
formal.
4.
Interaktivitas (Interactivity)
Interaksi antara siswa dengan siswa
dan interaksi antara siswa dengan guru merupakan hal yang sangat penting dalam
pembelajaran matematika realistik.. [13]
Sementara itu, menurut
Banta bahwa nuansa Islami dalam
penerapan sistem pendidikan di Aceh belum menampakkan kesan yang kuat sehingga
tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah
pemberlakuan syariat Islam. Banyak hal yang terlihat belum menunjang penataan
sistem tersebut, antara lain bahan ajar yang belum tertata dengan baik dan
kurikulum berbasis kompetensi versi NAD yang belum tuntas.[14]
H. Metode
Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode penelitian dan pengembangan, di mana diawali dengan tahap studi
pendahuluan yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan deskriptif kualitatif,
kedua tahap pengembangan desain model dengan menerapkan pendekatan deskriptif,
dilanjutkan dengan penerapan uji coba tetbatas desain dengan menerapkan metode
eksperimen (single one shot case study). Setelah ada perbaikan dari uji
terbatas, maka dilanjutkan denganuji yang lebih luas dengan metode eksperimen (One group
pretest-posttest), selanjutnya tahap validasi model dengan metode
eksperimen quasi (pretest-posttest with control group design).[15]
I. Referensi
Banta,
Teuku Alamsyah. 2005. Efektivitas Pengelolaan Dana Pendidikan Nanggroe Aceh
Darussalam. Makalah Disampaikan pada Diskusi Panel Nasional “Recovery
Pendidikan Nanggroe Aceh Darussalam”, Forum Mahasiswa Pascasarjana Aceh Malang,
di Malang pada Tanggal 18-19 Juni 2005.
Gravemeijer, K. P. E. 1994. Developing Realistic Mathematics
Education. Utrecht: CD
Press.

Johar,
Rahmah. 2008. Pengenalan Nilai Tempat Menggunakan Rumah Abu Nawas.
Majalah PMRI. Vol. 6 nomor 2. April 2008. Bandung: Institut Pengembangan
Pendidikan Matematika Realistic Indonesia (IP-PMRI) Fakultas MIPA ITB.
Kamarullah (2005) Analisis Kesulitan Mahasiswa D-2 PGMI IAIN Ar-Raniry
dalam Menguasai Geometri di Madrasah Ibtidaiyah beserta Alternatif
pembelajarannya. Tesis: Universitas Negeri Surabaya.
Mahdalena,
20101.Penerapan model pembelajaran matematika realistic bernuansa islami
pada
MIN/SD kota Lhokseumawe dan
Kabupaten Aceh Utara. Laporan
penelitian: STAIN
Malikussaleh Lhokseumawe
Nurainah, dkk. 2008. Siswa Senang
dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik.
Majalah
PMRI. Vol. 6 nomor 2. IP PMRI FMIPA ITB Bandung
Rosnawati,R. 2008. Siswa Senang dengan
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik.
Majalah
PMRI. Vol. 6 nomor 2.. Bandung: Institut Pengembangan Pendidikan
Matematika
Realistic Indonesia (IP-PMRI) Fakultas MIPA ITB.
Samani, Muchlas. 2008. Kemajuan Bangsa ditentukan oleh Inovasi,
Majalah PMRI, ISSN 1907-8358, vol 6 nomor 2, April 2008. Bandung: Institut
Pengembangan Pendidikan Matematika Realistic Indonesia (IP-PMRI) Fakultas MIPA
ITB.
Soedjadi, R. 2001. Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan dalam
Pembelajaran Matematika. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
Realistic Mathematics Education (RME). Jurusan Matematika FMIPA UNESA Surabaya:
Surabaya, 2 Maret.
Sugiono, 2006. Metode Penelitian pendidikan, Penerbit:
Alphabeta Bandung.
Suharta.2001. Pembelajaran Pecahan dalam Marematika
Realistik. Makalah disajikan pada
Seminar Nasional “Realistic Mathematics
Education (RME). (Surabaya: Jurusan
Matematika FMIPA
UNESA.
Treffers, A. 1991. Realistic Education in Netherlands 1980-1990. Dalam
Streefland, L. 1991. Realistic Mathematics Education in Primary School. On the Occasion of the opening of the
Freudenthal Institut. Utrecht: Freudenthal Institut Techniprees Culemborg.
[1]
Samani, Muchlas, Kemajuan Bangsa ditentukan oleh Inovasi, Majalah PMRI,
ISSN 1907-8358, vol 6 nomor 2, April 2008, (Bandung: Institut Pengembangan
Pendidikan Matematika Realistic Indonesia (IP-PMRI) Fakultas MIPA ITB. 2008),
hal. 5.
[2]
Johar, Rahmah, Pengenalan Nilai Tempat Menggunakan Rumah Abu Nawas.
Majalah PMRI. Vol. 6 nomor 2. April 2008. (Bandung: Institut Pengembangan
Pendidikan Matematika Realistic Indonesia (IP-PMRI) Fakultas MIPA ITB. 2008),
hal. 11.
[3]
Nurainah, dkk. Siswa Senang dengan Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik. Majalah PMRI. Vol. 6 nomor 2. April 2008. IP PMRI FMIPA ITB
(Bandung: 2008), hal. 29.
[4] Mahdalena, penerapan model pembelajaran matematika
realistic bernuansa islami pada MIN?SD kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh
Utara. Laporan penelitian: STAIN Malikussaleh. (Lhokseumawe: 2010)
[5] Kamarullah Analisis
Kesulitan Mahasiswa D-2 PGMI IAIN Ar-Raniry dalam Menguasai Geometri di
Madrasah Ibtidaiyah beserta Alternatif Pembelajarannya. Tesis: Universitas
Negeri Surabaya. (Surabaya: 2005)
[6] Kamarullah Analisis
Kesulitan Mahasiswa D-2 PGMI IAIN Ar-Raniry dalam Menguasai Geometri di
Madrasah Ibtidaiyah beserta Alternatif Pembelajarannya. Tesis: Universitas
Negeri Surabaya. (Surabaya: 2005)
[7]
Rosnawati, R. Siswa Senang dengan Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik. Majalah PMRI. Vol. 6 nomor 2. April 2008. (Bandung: Institut
Pengembangan Pendidikan Matematika Realistic Indonesia (IP-PMRI) Fakultas MIPA
ITB. 2008), hal. 3.
[8] Gravemeijer, K. P. E. Developing Realistic Mathematics
Education. (Utrecht:. CD Press. 1994), hal.
[9] Soedjadi, R. Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan
dalam Pembelajaran Matematika. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
Realistic Mathematics Education (RME). Jurusan Matematika FMIPA UNESA.
(Surabaya, 2 Maret 2001) hal. 2.
[10] Suharta. Pembelajaran Pecahan dalam Marematika
Realistik. Makalah disajikan pada Seminar Nasional “Realistic Mathematics
Education (RME). (Surabaya: Jurusan Matematika FMIPA UNESA, 24 Februari 2001),
hal. 9.
[11] Yuwono, I. Realistic Mathematics Education dan
Hasil Studi Awal Implementasinya di SLTP. Makalah disajikan pada Seminar
Nasional “Realistic Mathematics Education (RME). (Surabaya: Jurusan Matematika
FMIPA UNESA, Surabaya, 24 Februari 2001)
[12]
Treffers, A. Realistic Education in Netherlands 1980-1990. Dalam Streefland, L.
1991. Realistic Mathematics Education in Primary School. On the Occasion of the opening of the
Freudenthal Institut. (Utrecht: Freudenthal Institut Techniprees Culemborg.
1991), hal.
[14] Banta, Teuku Alamsyah Efektivitas
Pengelolaan Dana Pendidikan Nanggroe Aceh Darussalam. Makalah Disampaikan
pada Diskusi Panel Nasional “Recovery Pendidikan Nanggroe Aceh Darussalam”,
Forum Mahasiswa Pascasarjana Aceh Malang, (Malang: 18-19 Juni 2005).
[15]
Sugiono, 2006. Metode Penelitian pendidikan, (Penerbit: Alphabeta Bandung),
hal. 408
Tidak ada komentar:
Posting Komentar