Pages

PENYUSUNAN HANDBOOK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DASAR MATEMATIKA MAHASISWA PRODI TADRIS MATEMATIKA STAIN MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE

Mahdalena1, Rosimanidar2, Setiawan3, Lisa4,
Nuraini5, Nur Azmi6, Azwar Anas7
Abstrak:
Matematika mempunyai peranan yang sangat penting baik di dalam kehidupan sehari-hari maupun di dalam mempelajari ilmu yang lain. Sehingga untuk mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dasar utama yang harus dikuasai adalah matematika. Mahasiswa prodi tadris matematika sekarang ini masih belum maksimal dan cenderung rendah pada beberapa matakuliah. Salah satu faktor penyebabnya adalah penguasaan konsep dasar matematika yang sering digunakan dalam memahami matakuliah tersebut belum dikuasai sepenuhnya, masih banyak miskonsepsi yang terjadi pada konsep dasar tersebut, seharusnya konsep dasar tersebut sudah harus melekat pada diri mahasiswa semenjak mereka sudah mulai memasuki gerbang perguruan tinggi. Penelitian ini bertujuan Mendiskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami mahasiswa dalam memahami konsep dasar matematika dan Menyusun handbook berdasarkan kesulitan mahasiswa pada konsep dasar matematika. Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif dengan mengambil sampel mahasiswa STAIN Malikussaleh dengan jumlah 108 orang mahasiswa yang terdiri dari dari mahasiswa semester II, IV dan IV.  Berdasarkan hasil analisis data berupa hasil tes dan wawancara mahasiswa menunjukkan bahwa mahasiswa mengalami kesulitan penguasaan terhadap konsep dasar matematika terutama pada sifat-sifat konsep dasar matematika itu sendiri. Selain dari itu kurang berakarnya konsep yang telah diperkenalkan selama masa sekolah dalam ingatan mereka. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah penggunaan handbook pada mahasiswa. Handbook yang disusun diarahkan pertama sekali pada aspek pengenalan konsep untuk proses menemukan dan memahami pengertian, pola, dan sifat. Aspek kedua yaitu aspek pemahaman konsep, aspek ini merupakan lanjutan pengenalan konsep, setelah mahasiswa mengenal konsep maka mahasiswa harus mampu memahami konsep tersebut dengan cara menerapkan konsep tersebut yang dituangkan dalam soal-soal sederhana yang bersifat penerapan dari konsep itu sendiri  dan  aspek yang ketiga yaitu aspek pengembangan konsep, aspek ini merupakan suatu ketrampilan mahasiswa dalam menerapkan konsep matematika yang telah dikenal sebelumnya, pengembangan konsep ini tertuang dalam permasalahan atau soal-soal non rutin atau aplikasi yang mengandung penalaran dan analisis.

Kata Kunci: Konsep Dasar,  Matematika, Kesulitan, Handbook

PENDAHULUAN
Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sangat bergengsi dikalangan siswa maupun orang tua siswa. Ini dapat terlihat pada saat pembagian rapor atau hasil evaluasi tiap semester, siswa maupun orang tua siswa paling bangga jika nilai matematika yang diperoleh tinggi. Hal ini disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit. Padahal jauh dari itu, matematika mempunyai peranan yang sangat penting baik di dalam kehidupan sehari-hari maupun di dalam mempelajari ilmu yang lain. Peranan ini sangat jelas terlihat pada era sekarang ini, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi sangat pesat perkembangannya. Sehingga untuk mampu menguasai ini semua, maka dasar utama yang harus dikuasai adalah matematika.
Begitu pentingnya matematika, sehingga pemerintah serius dalam menentukan tujuan pembelajaran matematika yang diajarkan di sekolah dasar hingga menengah atas. Ini terlihat pada Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dikemukakan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah : (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah[1].
Untuk mewujudkan tujuan yang telah dicanangkan oleh pemerintah, maka dibutuhkan guru matematika yang handal dan terampil dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika kepada siswa. Sehingga sejak dari bangku perkuliahan pada Perguruan Tinggi pada jurusan pendidikan matematika ataupun yang setingkat dengannya, mahasiswa sebagai calon guru matematika harus sudah tertanam rasa tanggung jawab sebagai guru matematika. Rasa tanggung jawab itu dapat direalisasikan dengan kesadaran mahasiswa itu sendiri untuk sungguh-sungguh belajar dan memperdalam matematika serta mampu mengembangkan potensi dirinya selama masa perkuliahan. Menurut Dwi Sulisworo bahwa ada banyak perbedaan lingkungan belajar antara SMU atau yang sederajat dengan lingkungan belajar di kampus. Perbedaan terlihat pada rasa tanggung jawab. Ada kecenderungan di SMU, guru menjadi pengendali aktivitas. Tetapi di kampus, mahasiswa diperlakukan sebagai orang dewasa yang punya tanggung jawab atas dirinya untuk keberhasilan belajarnya sendiri. Jadi belajar di kampus, dibutuhkan keaktifan dari mahasiswa[2].
Selain tanggung jawab diri atas cita-cita menjadi guru matematika dan kepercayaan diri akan keberhasilan dalam perkuliahan, maka penguasaan akan materi-materi kuliah serta kemampuan penguasaan konsep-konsep dasar matematika merupakan salah satu faktor utama menjadi seorang guru matematika.  Berdasarkan pengalaman peneliti yang sekaligus merupakan dosen pada STAIN Malikussahleh Lhokseumawe jurusan tarbiyah prodi Tadris matematika, hasil belajar yang diperoleh mahasiswa Prodi Tadris Matematika masih belum maksimal dan cenderung rendah pada beberapa matakuliah. Beberapa faktor penyebabnya adalah penguasaan konsep dasar matematika yang sering digunakan dalam memahami matakuliah tersebut belum dikuasai sepenuhnya, masih banyak miskonsepsi yang terjadi pada konsep dasar tersebut, seharusnya konsep dasar tersebut sudah harus melekat pada diri mahasiswa semenjak mereka sudah mulai memasuki gerbang perguruan tinggi. Seyogyanya mahasiswa pendidikan matematika pada masa perkuliahan sudah langsung menggunakan konsep dasar matematika dalam setiap matakuliah matematika, dimana konsep dasar tersebut sudah mereka peroleh sejak dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Karena tanggung jawab dosen tidak lagi pada penguasaan konsep dasar matematika, tetapi pada pengembangan dari konsep dasar matematika itu sendiri. Kurangnya pemahaman konsep dasar matematika bagi mahasiswa memberikan efek kurangnya motivasi belajar, malas untuk bertanya dan jika ditanya, mahasiswa kurang merespon. Sehingga aktivitas pembelajaran di kelas jelas tidak hidup dan kaku.
            Pemahaman konsep matematika yang  baik sangatlah penting karena  untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasyarat pemahaman konsep sebelumnya. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Hudojo bahwa: “Mempelajari konsep B yang mendasari kepada konsep A, seseorang perlu memahami terlebih dahulu konsep A. Tanpa memahami konsep A tidak mungkin orang itu memahami konsep B”[3]. Kemampuan mahasiswa dalam matematika merupakan kesanggupan untuk menguasai konsep-konsep matematika yang dipelajari. Untuk mempelajari suatu konsep pada matematika perlu suatu konsep yang mendasarinya.
Faktor penyebab selanjutnya adalah penyaringan test masuk perguruan tinggi STAIN Malikussaleh khususnya tidak banyak memberikan soal-soal matematika bagi calon mahasiswa yang masuk pada prodi pendidikan matematika, hanya 4% dari totalitas soal yang diujikan (10 soal matematika dari 250 soal yang diujikan). Sehingga mahasiswa yang tersaring pada prodi ini kurang mempunyai potensi dibidang matematika. Banyak mahasiswa suka menjadi guru matematika, tetapi mereka tidak mempunyai dasar matematika  pada saat perkuliahan. Sehingga banyak mahasiswa yang kesulitan dalam memahami materi pada perkuliahan. Akibat dari ini akan  membuat mahasiswa malas belajar secara mandiri dan berakibat pada hasil belajar akan rendah.
            Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka permasalahan yang paling mendasar adalah kecenderungan mahasiswa yang tidak mampu menguasai konsep-konsep dasar matematika yang seharusnya sudah dikuasai sejak masih di Sekolah Menengah Atas. Sehingga akan mempengaruhi pemahaman dan penyelesaian permasalahan pada matakuliah yang diikuti. Salah satu penyelesaian untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan cara memberikan pemahaman ulang kepada mahasiswa mengenai konsep dasar matematika  dengan cara menyediakan buku pegangan (handbook) yang berisikan materi konsep–konsep dasar matematika yang berhubungan dengan matakuliah yang dipelajari, berdasarkan hasil jawaban mahasiswa pada saat ujian.  Hal ini bertujuan 1) mengingatkan kembali konsep dasar matematika, 2) memberikan pemahaman konsep dasar matematika bagi mahasiswa yang masih mengalami miskonsepsi terhadap konsep dasar tersebut, 3) mempermudah mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Dengan tercapainya tujuan ini diharapkan mahasiswa tidak mengalami kendala dalam memahami dan penyelesaian masalah yang terkait dengan materi yang belum pernah mereka dapat sebelumnya, tetapi di konsep dasarnya sudah pernah mereka dapatkan selama di sekolah. Sehingga hasil belajar akan mengalami progres yang lebih baik. Namun demikian belum tentu pemberian pemahaman konsep dasar matematika dengan cara memberikan handbook memudahkan mahasiswa untuk segera memahaminya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kognitif  dan bakat mahasiswa itu sendiri untuk menjadi guru matematika. Mahasiswa yang masuk pada Prodi Tadris Matematika sangat heterogen, baik asal sekolah maupun kemampuan yang dimilikinya. Sehingga sangat diperlukan kerjasama pihak STAIN Malikussaleh itu sendiri dalam menyeleksi mahasiswa Prodi Tadris Matematika agar lebih selektif. Ini berefek nantinya pada kualitas calon guru yang akan diluluskan oleh STAIN Malikussaleh itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah penelitian yang akan diselidiki dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Kesulitan-kesulitan apa saja yang dialami mahasiswa dalam memahami konsep dasar matematika? 2) Bagaimanakah bentuk handbook  yang disusun berdasarkan kesulitan mahasiswa pada konsep dasar matematika?

METODE PENELITIAN
a.       Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini peneliti ingin menggali secara mendetail dan mendalam tentang kesulitan-kesulitan konsep dasar matematika yang ada dalam pikiran  mahasiswa sehingga digunakan pendekatan kualitatif, sebab dalam proses pengumpulan data:
1.   Mahasiswa tidak dikondisikan dalam kondisi tertentu, namun dibiarkan berperilaku secara alami.
2.Mahasiswa sebagai alat atau instrumen yaitu peneliti menjadi alat pengumpul data utama.
3. Data yang dikumpulkan berupa kumpulan lembaran jawaban subyek penelitian dari ujian tulis, jawaban verbal subyek yang direkam dengan tape recorder selama wawancara, tulisan yang diberikan subyek selama wawancara, dan catatan pengamat tentang pengalaman subyek selama wawancara.
4. Format wawancara dapat berubah sesuai dengan jawaban subyek sewaktu wawancara.
Hal ini sesuai dengan pendapat moleong yang menyatakan karakteristik penelitian.[4] Hasil penelitian ini akan penulis deskripsikan untuk dapat digunakan oleh dosen matematika dan penyusun bahan ajar matematika sehingga penelitian ini termasuk penelitian jenis deskriptif.
b.      Kehadiran Peneliti
Dalam hal ini peneliti mengamati proses pembelajaran di kelas, lalu menganalisa lembaran jawaban mahasiswa untuk digunakan sebagai dasar penyusunan materi wawancara, materi wawancara dapat berubah sesuai informasi yang berkembang pada saat wawancara. Selanjutnya akan disusun handbook berdasarkan data tersebut. Oleh karena itu maka kehadiran peneliti mutlak diperlukan.
c.         Lokasi Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di Prodi Tadris Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Malikussaleh Lhokseumawe, dengan pertimbangan sebagai berikut.
1.    Penelitian ini belum pernah dilaksanakan di STAIN Malikussaleh Lhokseumawe.
2.    Peneliti adalah staf pengajar matematika di STAIN Malikussaleh Lhokseumawe. Hal ini cukup menguntungkan peneliti karena telah mengenal dan dikenal baik oleh mahasiswa tersebut, sehingga akan memudahkan terlaksananya penelitian ini.
3.    Materi ini belum pernah diteliti disini.
4.    Adanya dukungan dari sesama dosen matematika.
d.      Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi hal-hal berikut ini.
1.      Data dari lembaran jawaban subyek penelitian ujian tulis yang diberikan.
2.      Data yang diperoleh dari hasil wawancara yang meliputi jawaban verbal subyek yang direkam dengan tape recorder selama wawancara, tulisan yang diberikan subyek selama wawancara, dan catatan pengamat tentang pengalaman subyek selama wawancara.
Sumber data dalam penelitian ini adalah mahasiswa prodi tadris matematika tahun akademik 2013/2014.
e.       Prosedur Pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data melalui kegiatan-kegiatan berikut ini.
1. Pemilihan Subyek Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah mahasiswa prodi tadris matematika tahun akademik 2013/2014 yang sedang mengikuti mata kuliah kompetensi matematika. Pemilihan subyek penelitian berdasarkan dua pertimbangan, pertama mahasiswa yang memperoleh nilai tinggi, sedang, dan rendah, kedua mahasiswa yang dipilih menjadi subyek penelitian adalah mahasiswa yang mudah diajak berkomunikasi sehingga memudahkan peneliti untuk menggali kesulitan konsep dasar matematika yang ada dipikiran mahasiswa.
2. Tes tulis
Tes tulis dilakukan untuk melihat pemahaman subyek penelitian meliputi kendala ataupun kesulitan dalam konsep dasar matematika mahasiswa. Agar subyek mengerjakan tes dengan kesungguhan sehingga data yang diperoleh adalah data alami maka tes diberikan oleh peneliti di ruang kuliah seperti biasanya tempat subyek berada dan dimasukkan dalam  bagian dari Quis.
3.Wawancara terhadap subyek penelitian
Untuk menggali kesulitan konsep dasar matematika yang ada dalam pikiran mahasiswa secara mendalam dilakukan wawancara. Wawancara dilaksanakan setelah selesai ujian tulis, dan secara umum mahasiswa ditanyakan mengapa menjawab seperti yang tertera dalam lembaran jawabannya, pertanyaan ini berpedoman dari analisis lembaran jawaban mahasiswa dari tes tertulis, jawaban ini melahirkan pertanyaan berikutnya sampai ditemukan bagaimana cara memancing mahasiswa agar dapat memberikan kejelasan yang baik terhadap kesulitan konsep dasar matematika mahasiswa. Oleh karena itu format wawancara tidak dibakukan dan dibuat sefleksibel mungkin.
f.       Analisis data
Data penelitian terdiri dari lembaran jawaban dari tes tertulis, tulisan subyek sewaktu wawancara, rekaman wawancara, dan catatan pengamat sewaktu wawancara kemudian dianalisis. Teknik analisis data akan mengacu pada pendapat Miles dan Huberman yang menyatakan bahwa analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi data.
Berdasarkan pendapat diatas peneliti akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
1.      Menelaah dan memeriksa semua data-data yang telah dikumpulkan dari sumber data. Hasil penelaahan ini merupakan deskripsi data yang terdiri dari jawaban mahasiswa terhadap tes, jawaban verbal mahasiswa selama wawancarayang direkam dengan tape recorder, tulisan mahasiswa selama wawancara, dan catatan pengamat selama wawancara.
2.      Mengelompokkan data dari jawaban tes tertulis dan wawancara berdasarkan jenis kesulitan.
3.      Melakukan verifikasi deskripsi data
g.      Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menjamin keabsahan data digunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yanng lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap terhadap data itu. Menurut Moleong, teknik triangulasi yang paling banyak dilakukan adalah pemeriksaan dengan sumber lainnya.[5] dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan data hasil wawancara, lembar jawaban subyek dilokasi tempat penelitian berlangsung. Data yang dibandingkan adalah bagaimana kesulitan terhadap konsep dasar matematika, apakah prosedur yang dibuat subyek sudah benar dan apakah subyek sudah dapat menunjukkan alasan yang tepat dari tiap langkah yang dituliskan dalam menyelesaikan permasalahan konsep dasar matematika.
h.      Tahap-tahap penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam 7 tahap, ketujuh tahap itu meliputi hal-hal berikut ini.
1.      Observasi pembelajaran di kelas
2.      Mengelompokkan mahasiswa atas tiga kategori, yaitu kemampuan tinggi, sedang  dan rendah
3.      Menyiapkan tes tulis dalam bentuk uraian
4.      Melakukan tes terhadap subyek penelitian
5.      Menganalisis lembaran jawaban mahasiswa dan menyusun dasar pertanyaan wawancara
6.      Melakukan wawancara terhadap subyek penelitian tentang pemahaman terhadap materi dan soal tes
7.       Menyusun handbook berdasarkan analisis data dari tes tulis, wawancara, dan catatan pengamat

HASIL PENELITIAN
Tes berupa kemampuan matematika dasar diikuti sebanyak 108 orang mahasiswa STAIN Malikussaleh Lhokseumawe yang terdiri dari mahasiswa semester II sebanyak 33 mahasiswa, semester IV sebanyak 39 mahasiswa dan semester VI sebanyak 36 mahasiswa dan dilakukan selama 2 hari. Adapun materi tes kemampuan matematika dasar terdiri dari bilangan, pecahan, eksponen, logaritma, geometri, persamaan kuadrat, pertidaksamaan kuadrat, fungsi, himpunan dan bentuk aljabar dengan total soal sejumlah 26 butir.
Secara umum hasil tes kemampuan matematika dasar dapat dibagi menjadi 3 tingkatan kemampuan, yaitu kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Pembagian tingkatan tersebut berdasarkan pembagian range dari nilai A, B, C, D dan E pada penilaian mahasiswa. Untuk nilai A berarti berkemampuan tinggi, B dan C berkemampuan sedang serta D dan E berkemampuan rendah.
Berdasarkan hasil tes kemampuan konsep dasar matematika yang diikuti oleh 108 mahasiswa memperoleh 106 mahasiswa yang mempunyai tingkat kemampuan rendah dengan nilai paling terendah 6 dan tertinggi 54, sedangkan  2 mahasiswa lainnya mempunyai tingkat kemampuan sedang dengan nilai terendah 59 dan tertinggi 63.
Kemudian hasil jawaban mahasiswa terhadap tes kemampuan matematika dasar berdasarkan butir soal dengan tiga kriteria yaitu jawaban sempurna, ada usaha menjawab tapi masih salah dan tidak menjawab sama sekali.
Berdasarkan jawaban mahasiswa dengan kriteria jawaban sempurna sebanyak 21,30 %, kriteria ada usaha menjawab tapi masih salah sebanyak 40, 10 % dan kriteria tidak menjawab sama sekali sebanyak 53,99%. Secara jelas dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar. Grafik Hasil Tes Berdasarkan Kriteria Jawaban

Kemudian untuk menentukan hasil tes mahasiswa berdasarkan materi soal dapat dilihat pada tabel berikut:

Materi Soal
Jawaban Sempurna
Ada usaha menjawab tapi masih salah
Tidak menjawab sama sekali
Pecahan
37,04%
29,01%
33,95%
Eksponen dan logarithma
28,09%
37,35%
34,57%
Geometri bidang datar
1,54%
66,67%
31,79%
Bilangan
51,85%
23,15%
25,00%
Persamaan Kuadrat
0,93%
8,33%
90,74%
Pertidaksamaan Kuadrat
3,09%
45,99%
50,93%
Fungsi
8,02%
41,05%
50,93%
Bilangan rasional
21,30%
49,69%
29,01%
Bentuk Aljabar
30,25%
28,40%
41,36%
Sistem persamaan dua variabel
2,47%
17,90%
79,63%

Berdasarkan tabel di atas, hampir semua materi tes mahasiswa banyak tidak menjawab sama sekali, kecuali pada materi pecahan  dan bilangan.
Analisis data wawancara diawali dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan. Informan tersebut adalah mahasiswa dari semester II, IV dan VI yang dipilih berdasarkan hasil tes kemampuan konsep dasar matematika, masing-masing semester terpilih mahasiswa yang memiliki kemampuan rendah, sedang dan tinggi.
Hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam penguasaan konsep dasar matematika dari hasil wawancara kelima belas mahasiswa tersebut adalah:
1.      Lemah dalam hal operasi hitung bilangan bulat dan bilangan pecahan, misalkan NA masih lupa -t × -t = 2t seharusnya t2 dan Za kesalahan menyederhanakan pecahan campuran menjadi pecahan biasa -1 (1/3) = -3/4  seharusnya -4/3
2.      Kesulitan dalam memaknai dan  menalar soal cerita
3.      Kesulitan menyelesaiakan soal-soal dalam bentuk aljabar misalkan untuk persamaan baik linier maupun kuadrat serta pertidaksamaan belum dapat membedakan tanda < dan >, penyelesaian pertidaksamaan tidak ditentukan nilai dibawah tanda akar tidak boleh negatif atau harus ≥ 0
4.      Kesulitan dalam memahami soal-soal geometri bidang datar, misalkan tidak mengertinya tentang  jajargenjang
5.      Bingung mengenai fungsi injektif sujektif
6.      Tidak memahami cara menggambar grafik dari sebuah fungsi
7.      Tidak mengerti soal tentang  akar pangkat
8.      Tidak mengerti dan memahami konsep logaritma dan eksponen, misalkan RI masih belum memahami konsep (ab)c
Kesulitan-kesulitan tersebut menurut pengakuan mahasiswa yang telah diwawancarai disebabkan oleh beberapa hal yaitu: (1) Kurang persiapan mahasiswa mengikuti tes, (2) Waktu yang tersedia untuk mengikuti tes tidak cukup atau kurang, sebagaimana pengakuan dari EM dan FF karena banyak perhitungan jadi perlu tambahan waktu, (3) Keseriusan menjawab soal masih rendah , (4) Latar belakang pendidikan dari sekolah kejuruan.
Mahasiswa yang diwawancari tiga belas orang memberikan usulan-usulan agar adanya solusi atau penyelesaian dari kesulitan-kesulitan dasar matematika yang dirasakan. Adapun usulan-usulan solusi tersebut adalah : (1) Dosen mengulang kembali konsep dasar matematika yang terkait materi perkuliahan sebagai prasyarat, (2) Kegiatan pelatihan dasar-dasar matematika , (3) Tersedianya buku saku, diktat dan juga modul yang berisikan rangkuman-rangkuman konsep dasar matematika.

PEMBAHASAN
Secara umum, berdasarkan uraian jawaban mahasiswa terlebih dahulu dibahas kondisi kemampuan mahasiswa  pada tiga kategori. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menggali kesulitan-kesulitan konsep dasar matematika yang dialami mahasiswa. Kategori pertama adalah  pengelompokan mahasiswa berdasarkan  kemampuan tingkat tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan pembagian range dari nilai A, B, C, D dan E,  maka hasil tes kemampuan konsep dasar matematika yang diikuti oleh 108 mahasiswa,  diperoleh 106 mahasiswa yang mempunyai tingkat kemampuan rendah dengan nilai paling terendah 6 dan tertinggi 54, sedangkan  2 mahasiswa lainnya mempunyai tingkat kemampuan sedang dengan nilai terendah 59 dan tertinggi 63. Pada kategori ini kemampuan  mahasiswa dominan di tingkat rendah, artinya mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam aspek pengenalan konsep. Ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang yang berada ditingkat rendah belum mengetahui rumus maupun sifat-sifat dari materi. Sehingga materi tes yang diberikan tidak tercapai ketuntasannya.
 Kategori kedua adalah pengelompokan kemampuan dasar matematika mahasiswa per semester.  Hasil tes untuk semester II mempunyai nilai tertinggi sebesar 54 dan nilai terendah sebesar 10, hasil tes pada mahasiswa semester IV mempunyai nilai tertinggi sebesar 63 dan nilai terendah sebesar 6 sedangkan hasil tes pada mahasiswa semester VI mempunyai nilai tertinggi sebesar 59 dan nilai terendah sebesar 8. Namun demikian nilai yang diperoleh dari mahasiswa persemeteran tidak menunjukkan nilai ketuntasan belajar. Ini juga menunjukkan bahwa setiap kelas yang diuji tidak terdapat kemampuan mahasiswa yang heterogen. Sehingga mahasiswa sangat sulit menjadikan tutor sebaya sesama teman kelasnya. Pada kategori ini mahasiswa lebih banyak mempunyai kemampuan yang sedang dari kelasnya.
 Kategori ketiga adalah pengelompokan kemampuan dasar matematika mahasiswa berdasarkan butir soal dengan tiga kriteria yaitu jawaban sempurna, ada usaha menjawab tapi masih salah dan tidak menjawab sama sekali. Hasil jawaban mahasiswa yang menjawab soal dengan kriteria jawaban sempurna sebanyak 21,30 %, kriteria ada usaha menjawab tapi masih salah sebanyak 40, 10 % dan kriteria mahasiswa yang tidak menjawab sekali atau mempunyai nilai 0 yang disebabkan uraian penyelesaian sama sekali tidak mengarah pada kebenaran.   Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata butir soal yang mempunyai nilai 0 sebanyak 14 butir soal permahasiswa. Ini berari setiap mahasiswa hanya mampu menyelesaikan materi tes rata-rata sebesar 53,99 %. Pada kriteria ini mahasiswa dominan berada pada kriteria tidak menjawab sama sekali. Hal ini diperkuat oleh data jawaban mahasiswa terhadap materi tes yang diberikan, dimana hampir semua materi tes mahasiswa banyak tidak menjawab sama sekali, kecuali pada materi pecahan  dan bilangan. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa masih sangat kesulitan dalam dasar matematika untuk aspek pengenalan konsep, pemahaman konsep dan pengembangan konsep.
Selanjutnya kondisi kemampuan mahasiswa berdasarkan hasil wawancara menunjukkan mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam materi tes yang diberikan. Adapun kesulitan-kesulitan yang terjadi meliputi kesulitan dalam  hal operasi hitung bilangan bulat dan bilangan pecahan, misalkan masih lupa -t × -t = 2t seharusnya t2, penyederhanaan pecahan campuran menjadi pecahan biasa -1 (1/3) =
 -3/4  seharusnya -4/3, kesulitan dalam memaknai dan  menalar soal cerita, kesulitan menyelesaiakan soal-soal dalam bentuk aljabar misalkan untuk persamaan baik linier maupun kuadrat serta pertidaksamaan yang sederhana saja belum dapat membedakan tanda < dan > serta kesulitan menentukan penyelesaian pertidaksamaan seperti tidak ditentukan nilai dibawah tanda akar tidak boleh negatif atau harus ≥ 0 penyelesaiannya hanya mengkuadratkan kedua ruas, kesulitan dalam memahami soal-soal geometri bidang datar, misalkan tidak mengerti tentang  jajargenjang, kesulitan mengenai fungsi injektif sujektif, tidak memahami cara menggambar grafik dari sebuah fungsi, tidak mengerti soal tentang  akar pangkat, tidak mengerti dan memahami konsep logaritma dan eksponen, misalkan masih belum memahami konsep (ab)c. 
Hasil tes dan wawancara mahasiswa menunjukkan bahwa mahasiswa mengalami kesulitan penguasaan terhadap konsep dasar matematika terutama pada sifat-sifat konsep dasar matematika itu sendiri. Selain dari itu kurang berakarnya konsep yang telah diperkenalkan selama masa sekolah dalam ingatan mereka. Kesulitan ini seharusnya untuk level mahasiswa tidak terjadi lagi, karena yang diuji adalah materi-materi yang sudah diperoleh di SMP dan SMA dan merupakan konsep awal yang wajib dipahami agar dapat memahami konsep berikutnya.  Hal ini sesuai dengan pendapat Hudojo yang mengatakan bahwa “Mempelajari konsep B yang mendasari kepada konsep A, seseorang perlu memahami terlebih dahulu konsep A. Tanpa memahami konsep A tidak mungkin orang itu memahami konsep B”.[6] Karenanya berdasarkan hal ini, maka perlu diupayakan kepada pembenahan terhadap kemampuan mahasiswa dalam penguasaan konsep dasar matematika. Hal ini sangat penting dilakukan karena  akan berefek pada kemampuan penerimaan materi pada level perkuliahan, dimana pada level perkuliahan konsep dasar matematika sudah dianggap selesai pada level sekolah menengah dan tidak diajarkan lagi pada level perkuliahan, pada level ini hanya menerapkan kembali konsep dasar matematika untuk memahami konsep materi perkuliahan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan penguasaan konsep dasar matematika khususnya dari tim pengajar, misalnya dengan mengulang kembali konsep dasar matematika sebelum materi perkuliahan dimulai, namun cara seperti ini akan menghabiskan waktu mengajar konsep dasar matematika dibanding waktu untuk mengajar materi perkuliahan. Penggunaan sistem remedial khusus pada konsep dasar matematika, tutor sebaya, penggunaan bahan ajar seperti buku, modul, diktat, handbook dan sebagainya. Tentu saja setiap cara ini harus dipilih sesuai dengan situasi ketersediaan  pengajar, disiplin ilmu dari seorang pengajar, gaya belajar mahasiswa,  kapasitas mahasiswa dalam  kelas, kemampuan mahasiswa,  dan karakteristik lainnya yang tidak mungkin terdeteksi semuanya yang penuh dengan ketidakpastian.
Mengacu pada uraian di atas, mengingat jumlah pengajar yang tidak proporsional dengan jumlah mahasiswa, jumlah mahasiswa dalam kelas mencapai relatif banyak berkisar 45-50 orang, gaya belajar mahasiswa yang cenderung pasif, kemampuan mahasiswa yang dominan rendah,  maka dalam hal ini solusi yang ditawarkan untuk persoalan penguasaan konsep dasar matematika dipilih penggunaan bahan ajar yaitu handbook.
Adapun penyusunan handbook mengacu pada kesulitan mahasiswa yang diperoleh berdasarkan hasil tes mahasiswa dan hasil wawancara terhadap materi uji yaitu bilangan, pecahan, eksponen, logaritma, geometri, persamaan kuadrat, pertidaksamaan kuadrat, fungsi, himpunan dan bentuk aljabar dengan total soal sejumlah 26 butir. Handbook yang disusun diarahkan pertama sekali pada aspek pengenalan konsep untuk proses menemukan dan memahami pengertian, pola, dan sifat. Dengan mengenal konsep secara benar, maka mahasiswa akan mampu menerapkan konsep matematika  dalam permasalahan matematika baik yang sederhana maupun kompleks. Aspek kedua yaitu aspek pemahaman konsep, aspek ini merupakan lanjutan pengenalan konsep, setelah mahasiswa mengenal konsep maka mahasiswa harus mampu memahami konsep tersebut dengan cara menerapkan konsep tersebut yang dituangkan dalam soal-soal sederhana yang bersifat penerapan dari konsep itu sendiri  dan  aspek yang ketiga yaitu aspek pengembangan konsep, aspek ini merupakan suatu ketrampilan mahasiswa dalam menerapkan konsep matematika yang telah dikenal sebelumnya, pengembangan konsep ini tertuang dalam permasalahan atau soal-soal non rutin yang mengandung penalaran dan analisis. Hudojo menyatakan bahwa pemahaman terhadap bahan pelajaran itu dapat diperkuat bila disajikan latihan-latihan soal yang berhubungan dengan bahan yang disajikan itu. Apabila siwa sudah trampil mengerjakan latihan-latihan itu berarti memori menjadi kuat dan terjadi retensi. Dengan memori ini diharapkan siswa mampu mengaplikasikan bahan-bahan yang sudah dipelajari itu ke situasi yang lain[7].
Berdasarkan pendapat Hudojo ini, penggunaan handbook akan membuat memori mahasiswa semakin kuat dalam memahami konsep. Sehingga  diharapkan nantinya dapat melatih dan mengembangkan cara berpikir, mampu menghubung-hubungkan antara satu konsep dengan konsep yang lain (kemampuan mengkontruks pengetahuan) dan trampil dalam menerapkan konsep pada pemecahan masalah sehari-hari maupun pada persoalan yang lebih komplek.
Dalam menyusun handbook ini diperhatikan urutan logis materi, diawali aspek pengenalan konsep, pemahaman konsep dan pengembangan konsep dari tiap materi, bahasa yang baik dan benar, layout atau desainnya agar menarik dan menumbuhkan minat pembaca. Dengan handbook ini juga akan menjadi salah satu bahan ajar yang akan digunakan untuk matrikulasi mahasiswa baru untuk program studi matematika tahun berikutnya, sehingga kesulitan konsep dasar matematika mahasiswa dapat diminimalkan. Selengkapnya handbook  yang sudah disusun dapat dilihat pada lampiran.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Depdikbud dan PT Rineka Cipta.
Ansari, B. I. 2009. Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: Yayasan PeNA.
Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitia: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.
Bloom, B.S. 1986. Taxonomy of  Educational Objectives. Handbook 1: Cognitive domain. New York: David McKay.
Dahar, R. W. 1988. Teori-teori Belajar. Bandung: Gelora Aksara Pratama
Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah no.22 tahun 2006 pada Standar Kompetensi Mata Pelajaran         Matematika SMP & MTs, (Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, Jakarta, tahun 2006).
Diknas. 2004. Pedoman Umum Pemilihan dan Pemanfaatan Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen Dikdasmenum.
Dwi Sulisworo, Rugi Bila Mahasiswa Tidak Aktif, Artikel pada Moral dan Intelectual Integrity, Edisi 1 Agustus 2010, Universitas Ahmad Dahlan.
Gronlund,  N.E. 1985. Measurement and Evaluation in Teaching. New York: Macmillan Publishing, Co.
Herman Hudoyo. 1988. Strategi Mengajar. Malang : IKIP Malang
Heruman 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Moleong, L.J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.
R.Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Rahayuningsih. 2007. Pengelolaan Perpustakaan. Yogjakarta: Graha Ilmu.

Reigeluth, C.M. 1983. Instructional Design Theory of  Models: An Overviuw of the their Current Status. London: Prentice Hall.
Riduwan 2004, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti pemula, Bandung: Alfabeta
Romizowski, Aj. 1981. Design Instructional System. New York: Nichol Publishing Company.
Ruseffendi, E.T. 1991. Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua, Murid, Guru, dan SPG Seri Kelima. Tarsito: Bandung.
______. 1988, Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA, Tarsito, Bandung.
Sholeh, M.. 1998.  Pokok- pokok Pengajaran Matematika di Sekolah. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim PLPG. 2008. “Metodologi Pembelajaran Matematika” Modul Pelatihan Pendidikan Guru. Medan: Jurusan Pendidikan Matematika, Unimed.(tidak dipublikasi).
Thohir, Noorhadi dan Basuki Haryono. 1996.  Jurnal Rehabilitasi dan Remidiasi.  Surakarta: Pusat Penelitian dan Remidiasi Lembaga Penelitian UNS.
Warkitri, dkk.. 1990. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta : Karunika UT.
Widdiharto, Rachmadi.  Diagnosis Kesulitan Belajar SMP dan Alternatif proses Remidinya, Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP Matematika. Yogyakarta: Depdiknas.
Zainal Aqib. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Cendekia


[1] Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah no.22 tahun 2006 pada Standar Kompetensi Mata Pelajaran                 Matematika SMP & MTs, (Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, Jakarta, tahun 2006).
[2] Dwi Sulisworo, Rugi Bila Mahasiswa Tidak Aktif, Artikel pada Moral dan Intelectual Integrity, Edisi 1 Agustus 2010, Universitas Ahmad Dahlan
[3] Herman Hudojo. 1988. Strategi Mengajar. Malang : IKIP Malang. h. 3
[4] Moleong, L.J. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung:Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 4-7.
[5] Moleong, L.J. Metodologi Penelitian..., hal.330.
[6] Herman Hudojo. 1988. Strategi Mengajar. Malang : IKIP Malang. h. 3
[7] Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Malang: UNM, 2005), hal. 104.

mahda

Berikan komentar anda dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan sopan. Terimakasih.

1 komentar:

notifikasi
close